Belajar Apatis

Aduuh judulnya pereeezzz banget yaa hahahaha. Berhubung gue sedang mempersiapkan pernikahan gue yang kurang lebih tinggal 5 mingguan lagi, maka gue memutuskan untuk tidak mau terlalu stres dan ambil pusing urusan apapun itu, mau urusan vendor-vendor yang belum dilunas, perut yang masih buncit sedikit, muka jerawatan, dan termasuk urusan kantor yang lagi rempong-rempongnya. Berhubung staf di bidang gue cuma dikit, hanya 9 orang termasuk 3 orang pejabatnya, maka harus ada kekompakan tim sih menurut gue. Tapi berhubung gue lagi gak mau stres, maka dari itu gue lagi belajar apatis, toh yang lainnya pun bisa gak peduli *devil's laugh*

Jadi di kantor kita semua kerjanya lagi gak karuan, apa saja dikerjakan. Karena memang sedang kejar target penyerapan anggaran pembuatan sistem online rekomendasi yang telah diamanatkan Peraturan Menteri sih. Jadi ya apa boleh buat, kami di kantor harus sedia suplemen deh supaya gak teler hahahahha

Tapi ya gitu, ada yang kerja, ada yang asik ini, ada yang asik itu, dan ada yang gak asik ngapapain hahahahaha. Naah berhubung aku kalau lagi strees itu ada aja masalah di badan, yaa jerawat lah, mencret lah, migrain lah, rambut rontok, dan lain sebagainya. Maka semenjak pertengahan november aku memutuskan untuk belajar jadi pegawai yang egois dan belajar apatis, gak mau inisiatif lah pokoknya. Beda banget lah sama Aii yang motto-nya "kerja kerja dan kerja" kaya Pak Presiden. Lhoo kenapa bisa berubah? Yaa berubahnya gak seterusnya kok, yaa paling sampai aku selesai bulan madu, sampai bulan februari 2017 lah yaa paling lama hahahaaha.
Cukup 1 bulan lebih muka ku jerawatan gak ilang-ilang, bahkan sampai sekarangpun aku masih suka buang-buang air kalau makanannya bener-bener gak cocok. Maka telah ku putuskan untuk kerja sesuai porsi kemampuan dan jam kantor. Kalau aku sedang mengerjakan sesuatu lalu ada kerjaan lain yang diberikan, aku pakai skala prioritas saja. Kalau semuanya penting? yaa tanganku cuma 2, waktu kerja cuma sampai jam 4 sore. Intinya aku gak mau strees dan ngoyo kerjaan harus selesai hari itu. Toh yang lainnya pun engga.

Keegoisanku inipun berefek ke Atasan-Atasanku, kalau aku dikasih tanggung jawab yang semula bukanlah menjadi tanggungjawabku pasti aku bilang "ini gak ada di saya", "ini bukan saya yang buat", "si ini yang buat", "lhoo kan gue lagi kerjain ini, jadi yang mana dulu nih yang harus selesai?", dan lain-lain. Tapi biasanya setelah respon begitu, gue nyesel, sebagai pegawai baru kok males banget, diminta ngerjain hal sepele aja gak bisa. Ya tapi lama-lama males juga kan "ngebersihin pantat orang", orang lain yang ngerjain diawal, gue yang diminta ngerapihin.

Yaa semoga aja sih Atasan-Atasan gue ini mengerti keadaan gue yang hormonnya sedang gak stabil, boro-boro ngurusin printilan kaweenan, ke salon aja gue gak sempet. Tapi seperti kata temen gue bilang "menjadi orang yang apatis itu kadang harus" tapi mungkin jangan terlalu lama kali yaa.

Yaa, gue memang telah mengambil keputusan agak sulit untuk menjaga kondisi hormon, emosi, jiwa, dan raga gue untuk selalu normal dalam persiapan Pernikahan gue dan Arif, semoga dimengerti karena hanya gue dan Arif yang ngurusin, itu aja...

Yang diminta engga banyak, semoga kami bisa tetap sehat jiwa dan raganya untuk persiapan pra dan pasca menikah. Aamiin

Cium mesra dari Aii yang lagi pusing bikin susunan panitia dan rundown acara :*

Komentar

Postingan Populer